Main Article Content

Abstract

Udang vanname (Litopenaeus vannamei) merupakan salah satu jenis udang yang umum dibudidayakan di Indonesia sejak pemerintahan mengeluarkan kebijakan untuk mengintroduksinya sebagai upaya menanggulangi penurunan produksi. Kehadiran udang vanname di Indonesia pada awalnya dapat diterima dan berkembang dengan baik oleh pembudidaya udang. Namun, produksi udang mengalami kemerosotan beberapa tahun terakhir seiring kemunculan penyaki. Virus disinyalir menjadi patogen paling berperan memicu penyakit pada udang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeteksi keberadaan WSSV pada udang vanname (Litopenaeus vannamei) secara molekuler serta memperoleh keterkaitan antara kualitas air dengan keberadaan udang yang terinfeksi WSSV. Pengambilan sampel dilakukan di PT. Hasfam Inti Sentosa. Sampel di ambil secara acak dari 5 kolam yang berbeda pada hari ke 35 dan ke 70. Deteksi molekuler WSSV dilakukan di SKIPM Kelas II Bengkulu menggunakan Pockit Real Time PCR. Hasil identifikasi molekuler menunjukkan bahwa tidak terdapat virus WSSV atau negatif (-) WSSV pada udang yang berasal dari PT. Hasfam Inti Sentosa. Kualitas air secara keseluruhan optimal untuk budidaya udang vanname kecuali parameter ammonia dan nitrit. Tetapi parameter ammonia masih dalam batasan toleransi untuk udang vanname sehingga kualitas air tambak masih belum menyebabkan udang terinfeksi WSSV.

Article Details

How to Cite
Yanti, M. E. G., Herliany, N. E., Negara, B. F., & Utami, M. A. F. (2017). DETEKSI MOLEKULER WHITE SPOT SYNDROME VIRUS (WSSV) PADA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DI PT. HASFAM INTI SENTOSA. JURNAL ENGGANO, 2(2), 156–169. https://doi.org/10.31186/jenggano.2.2.156-169

References

  1. Adiwijaya D, Sapto PR, Sutikno E, Sugeng dan Subiyanto, 2003. Budidaya udang vaname (Litopenaeus vannamei) sistem tertutup yang ramah lingkungan. Departemen Kelautan dan Perikanan. Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau Jepara. 29 hal.
  2. Amri, K. 2006. Budi Daya Udang Windu Secara Intensif. Cetakan. 6. Agro Media Pustaka. Jakarta. 98 hal.
  3. (BBL) Balai Budidaya Laut Lampung. 2011. Pengelolaan Kesehatan Ikan Budidaya Laut. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Departemen Kelautan dan Perikanan, Jakarta.
  4. Escobedo-Bonilla, C.M., M. Wille, V. A. Sanz, P. Sorgeloos, M. B. Pensaert dan H. J. Nauwynck. 2007. Pathogenesis of a Thai Strain of White Spot Virus Syndrome (WSSV) in Juvenile, Specific Pathogen-Free Litopenaeus vannamei. Dis. Aquat. Org. Vol. 74: 85-94.
  5. Fadli, N. 2000. Evaluasi perlakuan pemberian immunostimulan terhadap larva udang windu (Panaeus moodon Fabr.) di Hatchery. Skripsi. Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB. Bogor.
  6. Fatimi, 2010. Quantitative real time PCR for the measurement of WSSV in shrimp. J. Fish Dis. 25, 381-389.
  7. Haliman, R.W., Adijaya D. 2006. Budidaya Udang Vannamei. Penebar Swadaya. Jakarta. 74 hal.
  8. (KKP) Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2001. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: KEP. 41/MEN/2001 tentang Pelepasan Varietas Udang Vaname sebagai Varietas Unggul.
  9. Kilawati, Y. dan Y. Maimunah. 2014. Kualitas lingkungan tambak intensif litapenaeus vannamei dalam kaitannya dengan prevalensi penyakit white spot syndrome virus. Universitas Brawijaya. Malang. Research Journal Of Life Science 1 (2) : 2355-9926.
  10. Kilawati, Y. dan Maimunah. Y. 2015, Kualitas Lingkungan Tambak Intensif Litapenaeus vannamei Dalam Kaitannya Dengan Prevalensi Penyakit White Spot Syndrome Virus. Research Journal Of Life Science, Universitas Brawijaya, Surabaya. Vol. 2. No. 1. Hal. 50 - 59.
  11. Koesharyani I., Reza, D., Mahardika K., Johnny, F., Zafran dan Yuasa. 2001. Penuntun Diagnosa Penyakit Ikan-II (Penyakit Ikan Laut dan Krustasea di Indonesia). Edisi II. Singaraja.
  12. Kordi, M.G.H. dan A.B.Tancung. 2007. Pengelolaan Kualitas Air Dalam Budi Daya Perairan. Rineka Cipta. Jakarta.
  13. Kou, G. H., S. E. Peng, Y. L. Chiudan C. F. Lo. 1998. Tissue distribution of white spot syndrome virus (WSSV) in shrimp and crabs. Flegel TW (ed) Advances in shrimp biotechnology. National Center for Genetic Engineering and Biotechnology, Bangkok.
  14. Kumar, N. Srideepu, P. Reddy, H. Reddy, S. 2016. Effect of water probiotic (Pro-W) on Litopenaeus vannamei culture ponds of Nallore, Andhra Pradesh, India.
  15. Lightner, D.V. 1996. A handbook of Shrimp Pathology and Diagnostic Procedure for Disease of Cultured Panaeid Shrimp. World Aquaculture Society, Lousiana. USA
  16. Lo, C.F., Chang, Y.S., Cheng, C.T., dan Kou, G.H. (1998). PCR monitoring of cultured shrimp for white spot syndrome virus (WSSV) infection in growout ponds. In Flegel, T.W. (Ed.). advances in shrimp biotechnology. National Center for Genetic Engineering and Biotechnology, Bangkok.
  17. Mahardika, K., Zafran dan I. Koesharyani. 2004. Deteksi White Spot Syndrome Virus (WSSV) Pada Udang Windu (Penaeus monodon) di Bali dan Jawa Timur Menggunakan Metode Polymerase Chain Reaction (PCR). Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia, 10 (1): 55-60.
  18. Parenrengi, A., Shamsusin, L., Ismail, P., & Amin, N.M. 2000. Preliminary study on DNA level marker of grouper at different buffer preservation and DNA extraction method. In: Saad, M.S., Faridah, Q.Z., Kadir, M.A., Khalid, M.Z.Z., Mohamad, O., Saleh, G.B., & Panandam, J.M. (Eds.). Genetic Manipulation:Challenges and Advantages. Proceeding ofthe 4th National Congress on Genetics, 26- 28 September 2000, Genting Highlands, Malaysia, p. 194-208.
  19. Promega. 2010. Technical Manual Wizard Genomic DNA Purification Kit. USA
  20. Spann, K.M. dan R.J.G. Lester. 1997. Special topic review: Viral diseases of penaeid shrimp with particular reference to four viruses recently found in shrimp from Queensland. World journal of microbiology & Biotechnology 13: 419-426.
  21. Sritunyalucksana, K., J. Srisala, K. McColl, L. Nielson dan T.W. Flegel. 2006. Comparison of PCR testing methods for white spot syndrome virus (WSSV) infections in penaeid shrimp. Aquaculture, 255: 95-104.
  22. Sukenda, S. H. Dwinanti dan M. Yuhana. 2009. Keberadaan White Spot Syndrome Virus (WSSV), Taura Syndrome Virus (TSV) dan Infectious Hypodermal Haematopoitic Necrosis Virus (IHHNV) Di Tambak Intensif Udang Vaname Litopenaeus vannamei Di Bakauheni, Lampung Selatan. J. Akuakultur Indonesia Vol 8(2):1-8.
  23. Soetomo, M. H. A. 2000. Teknik Budidaya Udang Windu. Sinar Baru Algensindo. Bandung
  24. Supriatna. 2004. Deskripsi PenyakitIkan Bakterial (buku 15). Pusat KarantinaPertanian. 88 hal.
  25. Tan, L.T., S. Soon, K.L. Lee, M. Shariff, M.D. Hassan, dan A.R. Omar. 2001. Quantitative analysis of an experimental white spot syndrome virus (WSSV) infection in Penaeus monodon Fabricus using competitive polymerase chain reaction. J. Fish. Dis. 24, 315-323.
  26. Tseng WY. 1987. Shrimp Mariculture. Departement of Fisheries. University of Papua New Guinea. Port Moresby. Papua New Guinea.
  27. Wadidjah, E. 1998. Pengaruh akumulasi bahan organik terhadap penyebaran udang windu (P. monodon Fabr.) pada budidaya intensif. Skripsi. Jurusan Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
  28. Wang, Y. G., M. Shariff, P.M. Sudha, P.S. Srinivasa Rao. M.D. Hassan and L.T. Tan. 1998. Managing white spot disease in shrimp. Info Fish International, p: 30-36.
  29. Wang, C.H., C.F. Lo, J.H. Leu, C.M. Chou, P.Y. Yeh, H.Y. Chou, M.C. Tung, C.F. Chang, M.S. Su dan G.H. Kou. 1995. Purification and Genomic Analysis of Baculovirus Associated With White Spot Syndrome (WSSV) of Penaeus monodon. Dis Aquat Org 23: 239-242.
  30. Zulham. R. 2004. Potensi ekstrak mangrove Sonneratia Caseolaris dan Avicennia marina untuk pengendalian bakteri vibrio harveyi pada larva udang windu (Panaeus monodon Fabr.). Fakultas Perikanan