DINAMIKA TEATER TRADISIONAL MENDU DI KALBAR (1712 - 2014)

Dewi Juliastuty

Abstract


Abstrak

Mendu adalah teater tradisional di Kalimantan Barat. Mendu berasal dari Kabupaten Pontianak, terpusat di Dusun Malakian Desa Sengkubang Kecamatan Mempawah Hilir. Masa jaya teater mendu pada tahun 1876–1942. Tahun 1980 mendu bangkit kemudian menjadi  primadona dan berkembang pesat di Provinsi Kalimantan Barat selama tahun 1980-an. Perlahan mendu meredup dan akhirnya mati suri. Masalah dalam kajian ini adalah bagaimana dinamika mendu di Kalbar. Tujuannya adalah mendeskripsikan dinamika mendu di Kalimantan Barat. Teknik pengumpulan data adalah wawancara dan studi dokumentasi. Metode yang digunakan adalah kualitatif dan didukung oleh pendekatan sosiologi sastra serta menggunakan teori sosiologi teater. Kajian ini merupakan kajian awal sehingga berpeluang dilakukan kajian lanjutan. Simpulan penelitian ini adalah mendu Kalimantan Barat merupakan penggabungan antara wayang Cina dengan syair Melayu. Keberadaan mendu di Kalbar mengalami pasang surut. Semakin derasnya arus globalisasi membuat mendu semakin tersisih pada zaman modern. Jika hal ini dibiarkan, maka kesenian mendu bukan hanya mati suri bahkan punah. Oleh karena itu, diperlukan dukungan dan tindakan nyata pemerintah dan masyarakat untuk menghidupkan kembali dan melestarikan mendu.

 

Abstract

Mendu is a traditional theatre in West Kalimantan.  Mendu Theatre is from Pontianak, in Malakian Sengkubang village, Mempawah Hilir sub district.  The Golden era of Mendu theatre was around 1876-1942.  In 1980, Mendu Theatre raised and became the greatest and drew up in the province of West Kalimantan. As time as goes by, the theatre was abandoned.  The question of the research is about the dynamics of Mendu Theatre in West Kalimantan.  The purpose of the research is to describe of mendu theatre cycle in West Kalimantan.  The techniques of collecting the data are in depth interview and documentation studies.  The method is qualitative method, and also uses the theory of literature and theatre sociology.  This research is only the beginning and it will continue.  The summary of this research mendu theatre in west Kalimantan was the collaboration of Chinese puppet with Malay’s verse.  Globalization impact is one of the biggest factors that affecting mendu theatre’s.  If this problem still appeared, then the result is mendu theatre will vanish.  Government alongside the society should take an action in conserving the Mendu Theatre.


Keywords


mendu, teater tradisional, mendu, traditional theatre.

Full Text:

PDF

References


Buku

Achmad, A. Kasim et al. (ed). Tanpa Tahun Terbit. Ungkapan Beberapa Bentuk Kesenian (Teater, Wayang, dan Tari). Jakarta: Direktorat Kesenian Proyek Pengem-bangan Kesenian Jakarta Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Achmad, A.Kasim. 2006. Mengenal Teater Tradisional di Indonesia. Jakarta: Dewan Kesenian Jakarta.

Amir, Adriyetti. 2013. Sastra Lisan Indonesia.Yogyakarta: Andi.

Bidang Kesenian Kantor Wilayah Prov. Kalbar Depdikbud Proyek Pengembangan Kesenian Kalbar. 1983-1984. Mendu Teater Rakyat Daerah Kalimantan Barat. Pontianak: Tidak Diterbitkan.

Dewi Juliastuty. “Gaung Mendu Masih Terdengar” Borneo Tribun, 15 Mei 2011.

Endraswara, Suwardi. 2011. Metodologi Penelitian Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Caps.

______. 2013. Metodologi Penelitian Sastra (Epistemologi, Model, Teori, dan Aplikasi). Yogyakarta: Media Pressindo.

Kamaruddin, A. 1983-1984. Mendu Teater Rakyat Daerah Kalbar. Pontianak: Bidang Kesenian Kantor Wilayah Prov. Kalbar Depdikbud Proyek Pengembangan Kesenian Kalbar.

Odhy’s. 2003. Nasib Mendu dan Sejumlah Renungan Sufistik Anak Melayu. Pontianak: Mulyatama.

Ong, Walter J. 2013. Kelisanan dan Keaksaraan. Diterjemahkan oleh Rika Iffati. Yogyakarta: Gading.

Pudensia, MPSS. 2009. “Tradisi Lisan sebagai Sumber Ilmu Pengetahuan”. Menteng Wadas: Naskah yang tidak diterbitkan.

Ramli, Sataruddin. 2000. Mempersembahkan Kesenian Mendu (Teater Tradisional Tanggal 3, 4, 5 November 2000): Brosur. Pontianak: Dewan Kesenian Kalimantan Barat.

Sibarani, Robert. 2013. Folklor Sebagai Media dan Sumber Pendidikan: Sebuah Ancangan Kuri-kulum dalam Pembentukan Karakter Siswa Berbasis Nilai Budaya Batak Toba. Dalam Suwardi Endraswara (Ed). Folklor Nusantara (Hakikat, Bentuk, dan Fungsi): 21. Yogyakarta: Ombak.

Selamat. 2007. Serial “Di Sela-Sela Rumput yang Hijau Antara Mendu, Budaya Melayu yang Tercecer, dengan Ketoprak Japon yang Terlupakan, dan Kedua Kutub Itu Bertemu di Garis Khatulistiwa”. Naskah belum diterbitkan.

Sedyawati, Edi. 1981. Pertumbuhan Seni Pertunjukan. Jakarta: Sinar Harapan.

Soren, Ellyas Suryani Bin. 2003. Legenda dan Cerita Rakyat Mempawah. Mempawah: Yayasan Insan Cipta Mempawah.

Internet

Asmirizani, “Chairil Berharap Apresiasi Terhadap Budaya Melayu Meningkat” diakses dari http://mabm online.org, tanggal 12 Februari 2014, pukul 10.54 WIB.

Kontributor Dishubprov, “Jawa Tengah Juara Pertama Festival Media Pertunjukan Rakyat Tingkat Nasional Tahun 2011” diakses dari http://www.jatengprov. go.id, tanggal 10 Maret 2013, pukul 9.30 WIB.

Perpustakaan Cyber, “Dampak /Pendudukan Militer Jepang di Indonesia di Dalam Bidang Politik” diakses dari http://perpustakaancyber.blogsport.com, tanggal 12 Maret 2014, pukul 22.00 WIB.




DOI: http://dx.doi.org/10.30959/patanjala.v6i1.182

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.


Patanjala Indexed by :

patanjala google schoolar 

ISSN: 2085-9937 (print)
ISSN: 2598-1242 (online)

 

Balai Pelestarian Nilai Budaya Jawa Barat

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 

 Image and video hosting by TinyPicCreative Commons License