skip to main content

PENGARUH FORMULASI TEPUNG IKAN HARUAN, TEPUNG BUAH DAN BIJI LABU KUNING PADA BISKUIT TERHADAP KANDUNGAN GIZI DAN DAYA TERIMA

1Prodi Gizi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Binawan, Indonesia

2Fakultas Teknobiologi PK Bionutrisi dan Inovasi Pangan, Universitas Surabaya, Indonesia

Received: 21 Aug 2020; Published: 28 May 2021.

Citation Format:
Abstract

Latar Belakang : Salah satu masalah gizi pada balita adalah stunting. Beberapa penelitian sebelumnya telah menemukan kandungan gizi yang memiliki pengaruh pada pertumbuhan linear tubuh dalam kasus stunting seperti protein, seng, zat besi dan vitamin A. Tepung ikan haruan (HFF), tepung biji labu kuning(PSF) dan tepung buah labu kuning (PFF) adalah bahan lokal yang cukup mengandung gizi tersebut sehingga cocok digunakan sebagai bahan tambahan pada produk biskuit untuk balita.

Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh formulasi biskuit (HPB) yang terdiri dari tepung terigu, HFF, PSF dan PFF  terhadap kadar protein, seng, zat besi, vitamin A, dan   daya terima biskuit untuk balita.

Metode : Penelitian ini bersifat eksperimen menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 kali replikasi. HPB dibuat dengan proporsi tepung terigu: HFF: PSF: PFF masing-masing adalah P0 (100%:0%:0%:0%), P1 (50%:20%:20%:10%), P2 (50%:15%:15%:20%), P3(50%:10%:10%:30%). Analisis data pengaruh formulasi HPB terhadap kandungan gizi menggunakan one way anova, sedangkan untuk daya terima menggunakan analisis friedman pada warna, aroma, tekstur, dan rasa.

Hasil : Uji statistik yang dilakukan menyatakan bahwa formulasi HPB tidak beda nyata (p>0,05) terhadap kadar protein dan vitamin A. Sebaliknya, formulasi HPB beda nyata (p<0,05) terhadap kadar seng, zat besi dan daya terima biskuit.

Simpulan : Formulasi HPB memiliki pengaruh positif terhadap kadar seng dan zat besi biskuit. Kadar seng biskuit semakin meningkat pada formulasi dengan persentase HFF, PSF makin besar dan PFF makin kecil. Sebaliknya, kadar zat besi semakin meningkat, pada formulasi dengan persentase PFF makin besar dan HFF, PSF makin kecil.

Fulltext View|Download
Keywords: biskuit; ikan haruan; labu kuning; zat besi; seng

Article Metrics:

  1. Brown, J. E. Nutrition Through the Life Cycle. Wardworth: Cengage Learning. 2011
  2. Al-Rahmad AH, Miko A, Hadi A. Kajian stunting pada anak balita ditinjau dari pemberian ASI eksklusif, MPASI, status imunisasi dan karakteristik keluarga di Kota Banda Aceh. Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes, 2013; 6(2): 169-184
  3. Kementerian Kesehatan RI. Buku Saku Pemantauan Status Gizi Tahun 2017. Jakarta: Kementrian Keseharan RI. 2018
  4. World Health Organization. Stunted Growth and Development. Geneva: WHO. 2017
  5. Aramico B, Sudargo T, Susilo J. Hubungan sosial ekonomi, pola asuh, pola makan dengan stunting pada siswa sekolah dasar di Kecamatan Lut Tawar Kabupaten Aceh Tengah. Jurnal Gizi dan Dietetik Indonesia, 2013; 1(3): 121-130
  6. UNICEF. Improving Child Nutrition: The achievable imperative for global progress. New York: UNICEF. 2013
  7. Mikhail WZA, Sobhy HM, El-Sayed HH, Khiry SA, Abu Salem HYH, Samy MA. Effect of nutritional status on the growth pattern of stunted preschool children in Egypt. Academic Journal of Nutrition, 2013; 2(1); 1–9
  8. Suiraoka IP, Kusumajaya AAN, Larasari N. Perbedaan konsumsi energi, protein, vitamin a dan frekuensi sakit karena infeksi pada anak balita status gizi pendek (stunted) dan normal di Wilayah Kerja Puskesmas Karangasem I. Jurnal Ilmu Gizi, 2011; 2(1): 74-82
  9. Ekweagwu E, Agwu AE, Madukwe E. The role of micronutrients in child health: A review of the literature. African Journal of Biotechnology, 2008; 7(21): 3804-10
  10. Almatsier S, Soetardjo S, Soekerti M. Gizi Seimbang dalam Daur Kehidupan. Jakarta: Gramedia. 2011
  11. Badan Pusat Statistik. Konsumsi Kalori dan Protein Penduduk Indonesia dan Provinsi Berdasarkan Hasil Susenas September 2016. Jakarta: BPS. 2017
  12. Sundari E, Nuryanto, N. Hubungan asupan protein, seng, zat besi, dan riwayat penyakit infeksi dengan Z-Score TB/U pada balita. Journal of Nutrition College, 2016; 5(4): 520-9
  13. Bahmat, DO, Bahar, H., Jus’at, I. (2010). Hubungan Asupan Seng, Vitamin A, Zat Besi dan Kejadian Pada Balita (24-59 Bulan) Dan Kejadian Stunting Di Kepulauan Nusa Tenggara (Riskesdas 2010). Nusa Tenggara: Departement of Nutrition Faculty of Healthy Science Esa Unggul University
  14. Laila L, Febriyenti F, Salhimi SM, Baie S. Wound healing effect of Haruan (Channa striatus) spray. International Wound Journal, 2011; 8(5): 484–91
  15. Ahmad, I. Pengaruh penambahan tepung labu kuning (cucurbita moschata) dan tepung terigu terhadap pembuatan biskuit. Universitas Hasanuddin Makassar. Skripsi. 2012
  16. Kim MY, Kim EJ, Kim YN, Choi C, Lee BH. Comparison of the chemical compositions and nutritive values of various pumpkin (cucurbitaceae) species and parts. Nutrition Research And Practice, 2012; 6(1): 21-7
  17. Kamsiati E. Peluang pengembangan teknologi pengolahan keripik buah dengan menggunakan penggorengan vakum. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2010; 29(2): 73-7
  18. Priyono E, Ninsix R, Apriyanto M. Studi pencampuran labu kuning (cucurbita moschata) dengan tepung beras terhadap karakteristik biskuit yang dihasilkan. Jurnal Teknologi Pertanian, 2018; 7(1): 8-20
  19. Gibson, RS. Zinc: the missing link in combating micronutrien malnutrition in developing countries. Proceedings of The Nutrion Society. 2006; 65(1): 51-60
  20. Adriani M. Wirjatmadi .Peranan Gizi dalam Siklus Kehidupan. Jakarta: Kencana Prenada media Group. 2014. p. 112
  21. Syafitri D. Pengaruh subsitusi tepung ampas tahu pada kue ulat sutra terhadap kualitas organoleptik dan kandungan gizi. Universitas Negeri Semarang.Skripsi. 2009
  22. Aini NQ, Wirawani Y. Kontribusi MPASI biskuit substitusi tepung garut, kedelai, ubi jalar kuning terhadap kecukupan protein, vitamin A, kalsium dan zink pada biskuit bayi. Journal of Nutrition College, 2013; 2(4): 458-66
  23. Afify AEMR, El-Betagi HS, El Salam SMA, Omran AA. Biochemical changes in phenols, flavonoids, taninns, vitamin E, β - caroten and antioxidant activity during soaking of three white sorghum varieties. Asian Pacific Journal of Tropical Biomedicine, 2012; 2(3), 203-9
  24. Diska A.S. Pengembangan cookies dari tepung labu kuning, tepung biji labu kuning, tepung beras, dan tepung oncom hitam yang mengandung omega-3. Institut Pertanian Bogor. Skripsi. 2018
  25. Gropper S, Smith JL, Groft JL. Advanced Nutrition and Human Metabolism, Fifth Edition. USA: Wadsworth. 2009
  26. Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Gizi Seimbang. Jakarta : Kementrian Kesehatan RI. 2014. p.1-4
  27. Kementerian Kesehatan RI. Angka Kecukupan Konsumsi Protein dan Serat Perhari. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI. 2013
  28. Azrimaidaliza. Vitamin A, imunitas dan kaitannya dengan penyakit infeksi. Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas, 2007; 1(2): 90-6
  29. Sudarto, Y. Budidaya Waluh. Yogyakarta: Kanisius. 2000
  30. Ilyas S. Kemungkinan Membuat Makanan dengan Kadar Protein Ikan Tinggi. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta: Departemen Pertanian. 2001
  31. Gardjito M. Pangan Nusantara: Karakteristik dan Prospek untuk Percepatan Diversitifikasi Pangan. Jakarta: Kencana Perdana Media Group. 2013. p.320-55
  32. Dewey KG, Brown KH. Update on technical issues concerning complementary feeding of young children in developing countries and implications for intervention programs. Food and Nutrition Bulletin, 2003; 24(1): 5-28
  33. Food and Agriculture Organization. Guidelines on Formulated Complementary Food for Older Infants and Young Children. In Codex Alimentarius Commission. Roma. 2010
  34. Winarno FG. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2008
  35. Elvizahro L. Kontribusi MP-ASI bubur bayi instan dengan subtitusi tepung ikan patin dan tepung labu kuning terhadap kecukupan protein dan vitamin A pada bayi. Universitas Diponerogo. Skripsi. 2011
  36. Rahmi SL, Indriyani, Suharini. Penggunaan buah labu kuning sebagai sumber antioksida dan pewarna alami pada produk mie basah. Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains, 2011; 13(2): 29-36
  37. Meilgaard M, Civille GV, and Carr BT. Sensory Evaluation Techniques Fourth Edition. USA: CRC Press. 2006
  38. Pradipta IBYV dan Widya DWP. Pengaruh proporsi tepung terigu dan tepung kacang hijau serta subtitusi dengan tepung bekatul dalam biskuit. Jurnal Pangan dan Agroindustri, 2015; 3(3): 793-802
  39. Suarni. Prospek pemanfaatan tepung jagung untuk kue kering (cookies). Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2009; 28(2): 63 -71
  40. Rohimah I, Sudaryati E, Nasution E. Analisis energi dan protein serta uji daya terima biskuit tepung labu kuning dan ikan lele. Universitas Sumatera Utara. Skripsi. 2012

Last update:

No citation recorded.

Last update:

No citation recorded.