Kampus sebagai miniatur keindonesiaan

Asep Wawan Jatnika, Epin Saepudin, Chairil Nur Siregar

Abstract


Keberhasilan “identitas†sebagai komoditas dalam kontestasi politik tanah air terjadi karena rendahnya pemahaman, penghargaan, dan pengakuan akan keberagaman. Implikasi dari rendahnya kompetensi dalam menyikapi keberagaman bangsa Indonesia berpangkal pada cara pandang terhadap perbedaan yang ada dalam masyarakat. Gejala rendahnya penghargaan akan keberbedaan belakangan ini sudah mulai memasuki dunia kampus dan ditengarai menjadi cikal bakal tumbuh kembangnya paham radikal di perguruan tinggi. Terlepas dari berbagai fenomena dan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa radikalisme tumbuh subur di perguruan tinggi, tulisan ini mencoba memberikan perspektif lain dalam melihat kampus dengan cara pandang yang lebih positif. Lebih spesifik, bahasan akan difokuskan pada posisi strategis kampus sebagai miniatur keindonesiaan dan sebagai wahana pembudayaan nilai-nilai kebangsaan. Selain itu, akan diulas pula mengenai cara pandang, pola sikap, dan pola tindak terhadap keberagaman budaya, etnisitas, adat-istiadat, dan agama yang hadir berdampingan di lingkungan kampus.

----------------------------------

The success of "identity" as a commodity in political contestation in Indonesia due miss understanding, appreciation, and recognition of diversity. The implication of low competence in responding to the diversity of the Indonesian nation stems from the perspective of differences in society. Symptoms of low appreciation for diversity lately have started to enter the campus world and are suspected to be the forerunner to the growth of radical understanding in higher education. Apart from various phenomena and research results that show that radicalism thrives in universities, this paper tries to provide another perspective in viewing the campus with a more positive perspective. More specifically, the discussion will focus on the strategic position of the campus as a miniature of Indonesians and as a vehicle for the culture of national values. Besides, it will also review the perspective, attitude patterns, and patterns of action towards the diversity of cultures, ethnicities, customs, and religions that exist side by side in the campus environment.


Keywords


identitas, kebangsaan, keberagaman

Full Text:

PDF

References


Abdullah, T. (2010). Refleksi selintas tentang primordialisme, pluralisme, dan demokrasi. Jurnal Masyarakat dan Budaya. https://doi.org/10.14203/JMB.V12I2.109

Anam, A. M. (2019). Konsep pendidikan pluralisme Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Cendekia: Jurnal Kependidikan Dan Kemasyarakatan. https://doi.org/10.21154/cendekia.v17i1.1442

Arif, D. B. (2013). Membingkai Ke-Bhinneka Tunggal Ika-an dalam Perspektif Mata Pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. In Prosiding Seminar Nasional Revitalisasi Nilai-nilai Pancasila dan Implementasi Kurikulum PKn 2013 (hal. 108–122).

Arifin, S. (2009). Kontruksi wacana pluralisme agama di indonesia. Humanity, V(1), 80–92.

Asrori, A. (2017). Radikalisme di Indonesia: Antara historisitas dan antropisitas. Kalam, 9(2), 253. https://doi.org/10.24042/klm.v9i2.331

Basri, B., & Dwiningrum, N. R. (2019). Potensi radikalisme di perguruan tinggi (studi kasus di Politeknik Negeri Balikpapan). JSHP : Jurnal Sosial Humaniora dan Pendidikan, 3(1), 84–91. https://doi.org/10.32487/jshp.v3i1.546

Berger, D. (2013). Social movements and mass incarceration. Souls, 15(1–2), 3–18. https://doi.org/10.1080/10999949.2013.804781

Bungin, B. (2011). Kontruksi sosial media massa. Jakarta: Prenada Media Group.

CNN Indonesia. (2018). BNPT: Kedokteran dan Eksakta di 7 PTN terpapar radikalisme. Diambil 23 Juli 2019, dari https://www.cnnindonesia.com/nasional/20180525210629-12-301431/bnpt-kedokteran-dan-eksakta-di-7-ptn-terpapar-radikalisme

Dewi, R. K. (2017). Adaptasi budaya dalam pernikahan etnis Tionghoa-Jawa. Interaksi: Jurnal Ilmu Komunikasi, 6(2), 32–37. https://doi.org/10.14710/interaksi.6.2.32-37

Goesniadhie, K. (2006). Harmonisasi hukum dalam perspektif perundang-undangan: lex specialis suatu masalah. Surabaya: JP Books.

Handoyo, E., Astuti, T. M. P., Iswari, R., Alimi, Y., & Mustofa, M. S. (2015). Studi Masyarakat Indonesia. Studi Masyarakat Indonesia.

Haryanto, J. T. (2012). Interaksi dan harmoni umat agama. Walisongo, 20(1), 211–234.

Molan, B. (2015). Multikulturalisme: Cerdas membangun hidup bersama yang stabil dan dinamis. Jakarta: Indeks.

Munir, S. (2017). Politik Pendidikan islam berbasis multikultural : konsep dan strategi pembelajaran agama islam dalam mewujudkan Islam rahmatan li al- ‘ Ä lam Ä« n. Dirosat. https://doi.org/10.28944/dirosat.v2i2.105

Mustansyir, R. (1995). Bhinneka Tunggal Ika dalam perspektif filsafat analitik. Jurnal Filsafat “WISDOM,†22(Agustus), 46–58.

Nathan, G. (2015). A non-essentialist model of culture: Implications of identity, agency and structure within multinational/multicultural organizations. International Journal of Cross Cultural Management, 15(1), 101–124. https://doi.org/10.1177/1470595815572171

Nisa, J. (2016). Resolusi konflik dalam perspektif komunikasi. SALAM: Jurnal Sosial dan Budaya Syar-i, 2(1). https://doi.org/10.15408/sjsbs.v2i1.2240

Nugraha, M. T. (2018). Fundamentalisme pendidikan agama di jejaring sosial. Al-Tahrir: Jurnal Pemikiran Islam, 18(1), 41. https://doi.org/10.21154/altahrir.v18i1.1172

Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun 2013 Tentang Statuta Institut Teknologi Bandung (2013).

Puji Asmaroini, A. (2017). Menjaga eksistensi Pancasila dan penerapannya bagi masyarakat di era globalisasi. Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan, 2(1), 59–72. https://doi.org/10.24269/v2.n1.2017.59-72

Rahayu, N. S. (2018). Hubungan mata kuliah pendidikan pancasila dengan persepsi mahasiswa terhadap radikalisme di era globalisasi. Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan, 5(2), 97–106. https://doi.org/10.32493/jpkn.v5i2.y2018.p97-106

Sakirin, A. (2018). Mengenal Pluralisme Disintegratif Menuju Pluralisme Integratif Masyarakat Beda Agama di Kelurahan Karang, Kecamatan Slogohimo, Kabupaten Wonogiri. Ibriez : Jurnal Kependidikan Dasar Islam Berbasis Sains. https://doi.org/10.21154/IBRIEZ.V3I2.56

Suara.com. (2019). Survei Setara: UI, UGM, IPB, dan 7 PTN lainnya terpapar paham radikalisme. Diambil 25 Juli 2019, dari https://www.suara.com/news/2019/05/31/182859/survei-setara-ui-ugm-ipb-dan-7-ptn-lainnya-terpapar-paham-radikalisme

Sudrajat, S. (2014). Revitalisasi pendidikan multikultural dalam pembelajaran. Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi, 2(1). https://doi.org/10.21831/jppfa.v2i1.2620

Sumbulah, U. (2015). Pluralisme dan kerukunan umat beragama. Analisa: Journal of Social and Religion.

Tilaar, H. (2007). Mengindonesia etnisitas dan identitas bangsa Indonesia: tinjauan dari perspektif ilmu pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (2003).

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi (2012).

Yaqin, M. A. (2005). Pendidikan multikultural: Cross-cultural understanding untuk demokrasi dan keadilan. Yogyakarta: Pilar Media.




DOI: http://dx.doi.org/10.12928/citizenship.v2i1.15937

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2021 Asep Wawan Jatnika, Epin Saepudin, Chairil Nur Siregar

Our journal indexed by:

 

Jurnal Citizenship is published by Pancasila and Civic Education Program Universitas Ahmad Dahlan in collaboration with Asosiasi Profesi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Indonesia (AP3KnI).

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.

J.Citizenship Counter